Minggu, 16 Februari 2014

Tips Terapi untuk Penyembuhan Anak Autis dengan Benar

Tips Terapi untuk Penyembuhan Anak Autis dengan Benar
Ilustrasi anak autis

Tips Terapi untuk Penyembuhan Anak Autis dengan Benar - Autisme merupakan gejala pada manusia yang telah dibawa sejak lahir atau ketika balita ( di bawah 3 tahun ) yang menyebabkan penderita tidak bisa membentuk sosiaal atau berkomunikasi secara normal.

1. Terapi fisik
Penderita autis khususnya anak-anak biasanya mengalami gangguan syaraf motorik. Biasanya anak yang menderita autis mengalami gejala seperti jalan yang tidak kuat, atau bahkan belum bisa berjalan pada usia yang seharusnya sudah bisa berjalan. Hal ini disebabkan karena anak-anak penderita autis memiliki tonus otot yang lembek sehingga mengalami gejala seperti yang dicontohkan di atas. Salah satu terapi yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan fisioterapi dan  terapi integrasi sensoris.Menurut penelitian ilmiah, terapi ini akan sangat membantu anak agar otot-ototnya menjadi lebih kuat dan mampu meningkatkan keseimbangan tubuh.

2. Terapi visual
Anak penderita autis secara umum lebih mudah belajar dengan cara visual ( visual learning). Untuk itu anda sebagai orang tua bisa memberikan terapi visual kepada anak anda yang autis sebagai salah satu solusi. Terapi visual sangat mudah didapatkan, misalnya dengan video game atau dengan PECS ( Picture Exchange Communication System), atau dengan visual-visual lain. Terbukti secara medis terapi visual ini dapat meningkatkan kemampuan syaraf penderita autis dan melatih komunikasi.


2. Terapi bermain
Anak yang mengalami autisme membutuhkan hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya, maka dari itu anak penderita autis bisa diberikan terapi bermain. Terapi bermain dapat meningkatkan kemampuan berbicara, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Hal ini bisa anda lakukan sendiri atau melalui jasa terapis.

4. Terapi wicara
Terapi wicara dianggap sebagai terapi wajib bagi andak autis karena hampir semua anak penderita autis memiliki kesulitan dalam berucap sehingga sulit berkomunikasi dengan orang lain. Terapi wicara ini akan melatih anak autistik dalam berkomunikasi dan berbahasa. Meskipun demikian orang tua harus sabar dan tidak boleh menyerah dalam melatih anak autis, karena melatih anak autis tidak seperti melatih anak-anak normal.

5. Applied Behavioral Analysis (ABA)
Jenis terapi ini sangat populer di indonesia sehingga mayoritas orang tua menggunakan jenis terapi ini untuk penyembuhan anak autis. ABA adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian) kepadanya atas pencapaian-pencapaian tertentu. Dengan metode ini orang tua bisa mengukur sejauh mana perkembangan anak autis. Terapi ini dikenal juga dengan istilah terapi perilaku. Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi agresivitas pada anak autis, karena anak autis cenderung hiperaktif dan mudah mengamuk. Selain itu terapi ini juga bertujuan menambahkan perilaku yang kurang pada anak autis.

6. Terapi okupasi (occupational therapy) 
Biasanya anak penderita autis mengalami kesulitan dalam ketrampilan dan gerakannya. Hal ini dikarenakan anak autis memiliki keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Nah, sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan ketrampilan anak autis anda bisa menggunakan terapi okupasi ini. Terapi okupasi ini mampu meningkatkan kemampuan anak dan memperbaiki kualitas hidup mereka, baik di rumah maupun di sekolah. Terapis akan membantu mengenalkan, mempertahankan, dan meningkatkan keterampilan anak. Dengan cara ini, penderita autisme diharapkan bisa hidup semandiri mungkin.

7. Terapi sosial
Terapi sosial dibutuhkan untuk membantu anak penderita autis agar lebih mudah berkomunkasi dan berinteraksi dengan teman-teman sebaya atau orang lain. Karena pada umumnya anak autis mengalami kesulitan dalam berucap dan berkomunikasi dua arah. Oleh karena itu anda bisa mengajak anak autis untuk bermain bersama teman-teman sebayanya di tempat yang menyenangkan dan dengan suasana yang ceria.

8. Terapi  perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Caranya dengan mempelajari minat anak, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, dan kemudian ditingkatkan kemampuan sosialnya, emosionalnya dan intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9. Terapi biomedik
Anak yang menderita autis biasanya mengalami gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif baik darah, urine, feses, dan rambutnya. Setelah menemukan dan mengetahui kelainan dalam tubuh anak, maka kemudian diperbaiki sehingga otak bebas dari gangguan-gangguan dari dalam. Terapi ini memang membutuhkan biaya yang lumayan mahal, karena dilakukan oleh tenaga ahli dan dengan peralatan yang lengkap tentunya. Walau bagaimanapun kesembuhan anak merupakan prioritas bagi orang tua, karena ia adalah harta yang paling berharga.

10. Terapi berkuda
Terapi ini masih sangat jarang digunakan di indonesia, karena terapi ini tergolong penemuan baru. Terapi berkuda mampu meningkatkan konsentrasi anak autis. Anak autis menunggangi kuda dan kuda berjalan secara pelan dan dipandu oleh terapis. Peran terapi sangat penting di sini, karena ia lah yang akan mendampingi anak dan menganalisa perkembangannya.

Baca juga: Ulasan Tentang Ank Down Syndrome - Gejala dan Ciri-ciri anak autis

Silahkan berkomentar sesuai topik diatas, komentar yang menyertakan link hidup akan dihapus.

Terima kasih :)